New Update

Jumat, 22 Juni 2012

Kodak Sang Pelopor Dunia Fotografi di Ujung Kejayaan


Perintis industri fotografi legendaris yang berbasis di Rochester, New York, AS, Eastman Kodak akhirnya secara resmi mendaftarkan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 pada Kamis (19/01) di Negara tempat berdirinya perusahaan ini. Perusahaan pembuat kamera fenomenal asal Negeri Paman Sam yang sudah berusia lebih dari satu abad ini mengalami kebangkrutan sekaligus meninggalkan hutang sebesar lebih dari 6 Milyar Dollar AS.


Perlu diketahui sebelumnya, Kodak adalah perusahaan perintis industri fotografi fenomenal yang didirikan secara resmi oleh George Eastman pada 1892. Namun naas, saat ini Kodak harus berjuang ditengah kejamnya era digital dan buruknya kinerja karena produk roll fim dan kamera analognya sudah tak laku di pasaran dunia. Sejauh ini Kodak sudah merumahkan 47.000 karyawan dan menutup 13 pabrik sejak 2003. Dengan ini, Kodak benar-benar telah mengakhiri kejayaan dan eksistensinya dalam dunia fotografi.
Bermula sebagai produsen plat cetak, Kodak adalah perusahaan pertama pembuat film rol pada 1885. Selain sebagai penemu film roll, Kodak pulalah yang memproduksi pertama kali film berwarna pada tahun 1935. Dinamai Kodachrome, film warna pertama itu berupa film positif alias slide. Kodak juga mempopulerkan pertama kali kamera instan bernama Instamatic pada tahun 1960-an, bersaing dengan Polaroid.

Tahun 1888 juga tercatat sebagai sejarah fotografi, Kodak memproduksi kamera single focus yang secara populer dipakai oleh fotografer amatir. Namanya mulai melambung saat Eastman Kodak menghadirkan Brownie di tahun 1900-an, yang begitu diminati dan membuat orang awam seketika jatuh cinta dengan fotografi, karena  mudah dioperasikan dan harganya cukup terjangkau pada waktu itu. Hebatnya lagi, Kodak juga yang pertama kali memproduksi kamera digital pada 1986. Dimulai sejak penemuan teknologi fotografi digital pada 1975, juga oleh insinyur-insinyur Kodak, sensor digital pertama pada 1986 beresolusi 1,4 juta piksel dan cukup untuk membuat foto 5R berukuran 5×7 inci.

Meski memproduksi kamera digital, Kodak ternyata tak mampu bertahan di kedahsyatan arus perkembangan teknologi fotografi digital. Fuji Film, pesaingnya dari Jepang, masih berusaha bertahan. Kamera termutakhir dari Fuji Film didesain retro bertipe X10 dan X100. Entah akan bertahan lama atau tidak. Fotografer-fotografer yang lahir di era film pasti ingat kejayaan Kodak T-Max, film hitam-putih yang legendaris itu. Kodak T-Max ISO 100 berkode TMX, dan ISO 400 berkode TMY. Begitu pula dengan ilford yang juga dikenal sebagai produsen film dan kertas ternama, tapi ada rasa berbeda jika memotret dengan T-Max lantas diproses dengan developer Kodak D76. Fotografer profesional pun belum terasa mantap hati jika tak memotret dengan Kodachrome Professional 100 berkode EPP itu.

Peristiwa bangkrutnya perusahaan fotografi ternama ini membuktikan pada dunia bahwa era digitalisasi sangatlah kejam. Sampai-sampai produsen ternama sekelas Kodak pun akhirnya dipaksa “gulung tikar” karena tuntutan zaman yang saat ini menuntut semua hal serba cepat, mudah, instan, namun berkualitas baik. Agaknya benar kutipan pepatah yang mengatakan bahwa di duni tidak ada yang abadi, termasuk dalam duni fotografi. Yang abadi dan dapat bertahan hingga kiamat hanyalah karya foto, nama fotografer, dan makna pesan yang terkandung dalam foto tersebut. (06Y)

Sumber :  http://ekonomi.kompasiana.com/

0 komentar:

Posting Komentar

 
Minima 4 coloum Blogger Template by Beloon-Online.
Simplicity Edited by Ipiet's Template