Perintis industri fotografi legendaris yang berbasis di Rochester,
New York, AS, Eastman Kodak akhirnya secara resmi mendaftarkan
perlindungan kebangkrutan Chapter 11 pada Kamis (19/01) di Negara tempat
berdirinya perusahaan ini.
Perusahaan pembuat kamera fenomenal asal Negeri Paman Sam yang sudah
berusia lebih dari satu abad ini mengalami kebangkrutan sekaligus
meninggalkan hutang sebesar lebih dari 6 Milyar Dollar AS.
Perlu diketahui sebelumnya, Kodak adalah perusahaan perintis industri
fotografi fenomenal yang didirikan secara resmi oleh George Eastman
pada 1892. Namun naas, saat ini Kodak harus berjuang ditengah kejamnya
era digital dan buruknya kinerja karena produk roll fim dan kamera
analognya sudah tak laku di pasaran dunia. Sejauh ini Kodak sudah
merumahkan 47.000 karyawan dan menutup 13 pabrik sejak 2003. Dengan ini,
Kodak benar-benar telah mengakhiri kejayaan dan eksistensinya dalam
dunia fotografi.
Bermula sebagai produsen plat cetak, Kodak adalah perusahaan pertama
pembuat film rol pada 1885. Selain sebagai penemu film roll, Kodak
pulalah yang memproduksi pertama kali film berwarna pada tahun 1935.
Dinamai Kodachrome, film warna pertama itu berupa film positif alias
slide. Kodak juga mempopulerkan pertama kali kamera instan bernama
Instamatic pada tahun 1960-an, bersaing dengan Polaroid.
Tahun 1888 juga tercatat sebagai sejarah fotografi, Kodak memproduksi
kamera single focus yang secara populer dipakai oleh fotografer amatir.
Namanya mulai melambung saat Eastman Kodak menghadirkan Brownie di
tahun 1900-an, yang begitu diminati dan membuat orang awam seketika
jatuh cinta dengan fotografi, karena mudah dioperasikan dan harganya
cukup terjangkau pada waktu itu. Hebatnya lagi, Kodak juga yang pertama
kali memproduksi kamera digital pada 1986. Dimulai sejak penemuan
teknologi fotografi digital pada 1975, juga oleh insinyur-insinyur
Kodak, sensor digital pertama pada 1986 beresolusi 1,4 juta piksel dan
cukup untuk membuat foto 5R berukuran 5×7 inci.
Meski memproduksi kamera digital, Kodak ternyata tak mampu bertahan
di kedahsyatan arus perkembangan teknologi fotografi digital. Fuji Film,
pesaingnya dari Jepang, masih berusaha bertahan. Kamera termutakhir
dari Fuji Film didesain retro bertipe X10 dan X100. Entah akan bertahan
lama atau tidak. Fotografer-fotografer yang lahir di era film pasti
ingat kejayaan Kodak T-Max, film hitam-putih yang legendaris itu. Kodak
T-Max ISO 100 berkode TMX, dan ISO 400 berkode TMY. Begitu pula dengan
ilford yang juga dikenal sebagai produsen film dan kertas ternama, tapi
ada rasa berbeda jika memotret dengan T-Max lantas diproses dengan
developer Kodak D76. Fotografer profesional pun belum terasa mantap hati
jika tak memotret dengan Kodachrome Professional 100 berkode EPP itu.
Peristiwa bangkrutnya perusahaan fotografi ternama ini membuktikan
pada dunia bahwa era digitalisasi sangatlah kejam. Sampai-sampai
produsen ternama sekelas Kodak pun akhirnya dipaksa “gulung tikar”
karena tuntutan zaman yang saat ini menuntut semua hal serba cepat,
mudah, instan, namun berkualitas baik. Agaknya benar kutipan pepatah
yang mengatakan bahwa di duni tidak ada yang abadi, termasuk dalam duni
fotografi. Yang abadi dan dapat bertahan hingga kiamat hanyalah karya
foto, nama fotografer, dan makna pesan yang terkandung dalam foto
tersebut. (06Y)
Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/
0 komentar:
Posting Komentar